Sabtu tanggal 23 Agustus kemarin badia dapat invitation untuk menghadiri salah satu workshop Apresiasi Film Indonesia, kenapa badia tertarik untuk ikutan workshop yang satu ini ?, karena di Medan jarang dilakukan Festival Film, jadi mumpung ada kesempatan nggak ada salahnya badia ikutan workshop yang langka ini.
Workshop dimulai pukul 10.00 WIB pagi, berlokasi di Hermes XXI studio 4 badia pun datang tepat waktu (takut ketinggalan akan informasi yang dibahas), ada tiga narasumber yang dihadirkan dalam workshop ini, yang pertama ada Damar Adi (Coffie) beliau merupakan salah satu komunitas film Coffie di Jakarta, beliau memaparkan seorang Programmer di komunitas Coffie, tapi tunggu dulu programmer itu bukan berarti seorang yang jago membuat program ataupun software komputer lho !, FYI bang Damar Adi ini lulusan fakultas Sejarah di Universitas Diponegoro, dan yang badia maksud programmer diatas adalah orang yang bertanggung jawab terhadap isi materi serta penampilan artistik sebuah festival film.
Bang Damar juga menjelaskan sedikit mengenai apa itu Festival Film, sebagai orang awam dan merasa baru kali ini ada Festival Film yang diadakan di kota medan rasanya tidak salah kalau bang Damar menjelaskan sedikit mengenai Festival film, jadi Festival sendiri berarti "satu hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting dan bersejarah, atau pesta rakyat". Jadi Festival Film bisa didefinisikan menjadi sebuah event perayaan terhadap dunia film yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu (misalnya setiap tahun atau 2 tahun sekali).
Bang Damar juga menjelaskan sedikit mengenai apa itu Festival Film, sebagai orang awam dan merasa baru kali ini ada Festival Film yang diadakan di kota medan rasanya tidak salah kalau bang Damar menjelaskan sedikit mengenai Festival film, jadi Festival sendiri berarti "satu hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting dan bersejarah, atau pesta rakyat". Jadi Festival Film bisa didefinisikan menjadi sebuah event perayaan terhadap dunia film yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu (misalnya setiap tahun atau 2 tahun sekali).
Tujuan diadakannya festival biasanya ditentukan oleh direktur festival bersama programmer festival. Tujuan festival juga sangat mungkin diarahkan oleh para penyandang dana, sponsor, dan pemberi hibah. disini lah permasalahan festival film jarang diadakan di medan, karena terkendala dimasalah sponsor dan dana, dan beberapa diantara peserta malah menanyakan bagaimana caranya agar Pemkot Medan mau mengucurkan sebagian dananya agar bisa terselenggara Festival Film di Medan.
Untuk narasumber ke dua ada Daniel Irawan beliau merupakan orang Medan asli dan merupakan pengamat film yang membuat seorang Daniel Irawan ini unik adalah beliau merupakan seorang Dokter Gigi, topik yang dibawakan oleh Daniel Irawan adalah Geliat Film indie Sumatra Utara, beliau mengatakan kalau medan pada tahun 1953-1983 pernah memproduksi 22 film bioskop dan 8 film dokumenter, dan Medan juga pernah ikut serta dalam FFI, diantaranya film TURANG (Bachtiar Siagian, 1957) film ini juga mendapatkan 4 Piala Citra untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Pembantu Terbaik, Tata Artistik Terbaik.
Sangat disayangkan film Turang tidak ada copy-an nya di Indonesia, menurut Daniel Dokter beliau juga sudah mencoba menghubungi keluarga Sang Sutradara namun pihak keluarga juga belum menemukan copyan film Turang, dan menurut Daniel Irawan Copyan film Turang ada di Eropa karena pihak Eropa sangat hoby mengoleksi film, sayang sekali ya kenapa Film Indonesia tidak ada Copyan nya di negeri sendiri.
With Daniel Irawan |
Dan untuk narasumber yang terakhir ada Bapak Embi C. Noer (BPI) beliau merupakan salah satu pengurus Badan Perfilman Indonesia disingkat dengan BPI, BPI merupakan lembaga swasta yang bersifat mandiri yang mempunyai Visi "Terwujudnya Perfilman Indonesia yang kompetitif, berkeadilan dan bermanfaat bagi masyarakat", serta memiliki 5 Misi namun hanya satu saja yang bisa badia cerna saat itu yakni "Memperkuat peran serta masyarakat dengan melaksanakan amanat Undang-Undang Perfilman secara konsisten dan terpadu".
Para peserta yang datang ke acara Workshop Apresiasi Film Indonesia tidak hanya diberikan pengetahuan oleh para narasumber saja, melainkan diberikan juga tontonan yang menarik berupa film pendek yang telah mendapat penghargaan, diantaranya yang pertama datang dari Sumatra Utara berjudul "Simanggale" hmmm ternyata orang Medan bisa juga mendapat penghargaan dibidang perfilman ya, Sedikit spoiler Simanggale bercerita tentang seorang ayah yang telah bersiap menanti kedatangan sang anak yang telah selesai perkuliahannya, sang ayah yang berasal dari desa Samosir sudah mempersiapkan Pesta penyambutan untuk anaknya tersebut, namun apa daya ternyata sang ayah mendapat kabar kalau si anak meninggal. Badia sudah mencoba mencari di Youtube tetapi sepertinya film pendek "Simanggale" ini belum pernah di upload di Youtube.
Bapak Embi C Noer (Kiri) |
Film pendek yang kedua datang dari Makasar, berjudul "Sepatu Baru", menonton film pendek dari Makasar ini sepertinya kita diajak berpikir, Sedikit spoiler Sepatu Baru, bercerita tentang seorang anak perempuan yang tempat tinggalnya dilanda hujan setiap hari, namun gadis kecil ini berkeinginan agar hujan bisa berhenti supaya dia bisa memakai sepatu barunya, sama seperti "Simanggale" film pendek Sepatu Baru juga belum ada di Youtube namun badia berhasil menemukan trailernya, silahkan teman-teman simak trailernya dibawah ini.
Well Workshop Apresiasi Film Indonesia di Medan 23 Agustus 2014 itu pun berjalan dengan baik dan mendapat antusias yang luar biasa dari peserta, namun ada yang lebih luar biasa lagi nih, karena puncak Apresiasi Film Indonesia sendiri diadakan di Medan tanggal 12 - 13 September 2014 di Istana Maimun disana bakalan digelar Pawai Artis, Pameran & Workshop, Red Carpet, dan Malam Anugrah AFI 2014, yeeaahhh !, mudah-mudahan ya Badia bisa hadir di Malam Anugrah AFI 2014 (Aminnnn !).
Okay deh pembaca setia blog badia sampai disini dulu ya postingan badia, sampai ketemu dipostingan selanjutnya.
No comments:
Post a Comment